Berikut koleksi poto milik presiden RI. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY).
Sejak
menempuh pendidikan di lembah Tidar, SBY telah berhasil mendapat banyak
prestasi. Pada tahun 1973, Sermatutar (Sesan Mayor Satu Taruna) Susilo Bambang
Yudhoyono meraih penghargaan ‘Tri Sakti Wiratama’ yang berhasil mengantarkannya
meraih bintang ‘Adi Makayasa’.
Sermatutar SBY mendapatkan pedang Tri
Sakti Wiratama atas prestasinya menjadi lulusan terbaik AKABRI. Piala tersebut
diberikan oleh Gubernur AKABRI, Sarwo Edhie Wibowo, yang kemudian menjadi ayah
mertuanya.
Pertemuan
Presiden SBY dan Ibu Ani pertama kali terjadi saat Presiden yang duduk di
tingkat empat AKABRI melapor pada Gubernur Sarwo Edhie Wibowo, untuk memberi
sambutan peresmian Balai Taruna. Saat itu, Ibu Ani yang tengah berlibur di
Lembah Tidar berkenalan dengan Presiden SBY. Awalnya, Ayah SBY yang pensiunan
Danramil kaget dengan pertemanan putranya dengan putri seorang Jenderal. Namun
faktanya, keluarga kecil SBY- Ani selalu
harmonis karena dilandasi sikap saling menghormati dan musyarawah dalam
pengambilan keputusan. Presiden SBY juga tahu kapan harus turun tangan
menyelesaikan tantangan dalam berkeluarga, dengan mengedepankan cara yang
santun.
Bagi Presiden SBY, Ibu Ani tidak sekedar istri dan
ibu dari kedua putranya. Ibu Ani sekaligus menjadi teman diskusi, sekretaris
pribadi, dan pendengar yang baik.
pernikahan:
Sebelum
menikah, SBY mengirimkan surat kepada Jenderal Sarwo Edhie Wibowo (Ayah dari
Ibu Ani Yudhoyono) yang menyatakan keinginannya untuk meminang Ibu Ani. Saat
itu, keluarga Ibu Ani sedang berada di Korea Selatan karena Jenderal Sarwo
Edhie Wibowo sedang ditugaskan menjadi Duta Besar RI untuk Korea Selatan.
Awal Agustus 1975, Ibu Ani kembali ke Jakarta. Disaat
yang sama, SBY justru ditugaskan ke Amerika, mengikuti Airborne and Ranger
Course di Fort Benning.
Sekembalinya dari Negeri Paman Sam – Amerika Serikat,
Presiden SBY menikahi Ibu Negara pada 30 Juli 1976 di Hotel Indonesia, Jakarta.
hidup baru setelah bekeluarga:
Baru
beberapa hari setelah menikah, Lettu Inf. Susilo Bambang Yudhoyono dan
Kristiani Herrawati harus segera berpisah kembali karena Pak SBY ditugaskan ke
Timor Timur. Saat itu Timor Timur adalah daerah dengan perang yang sangat berbahaya.
Menyusul keputusan Pemerintah untuk meresmikan operasi pembebasan Timor Timur
sejak tanggal 7 Desember 1975, sejumlah pasukan secara berkala dikirim ke sana.
Konon, daerah perang itu menjadi kawah
Chandradimuka yang bisa mematangkan ketangguhan prajurit, namun dengan ancaman
kematian yang juga besar. Inilah satu ciri khas penting dalam lingkup kehidupan
prajurit. Ketika suami menyatakan siap berangkat dengan gagah berani, sang
istri pun harus menyerukan siap untuk ditinggal.
Setiap akan berangkat bertugas, Pak SBY selalu
mengatakan kepada istrinya, “No news is a good news. Kalau tidak ada berita,
berarti baik.” Kata-kata itu selalu berhasil membuat Ibu Ani tenang.
Foto ini diambil saat Pak SBY berwisata bersama Ibu
Ani, ketika Ibu Ani sedang mengandung anak pertama mereka, Agus Harimurti
Yudhoyono.
anak pertama:
Kelahiran
putra pertama, Agus Harimurti Yudhoyono.
Syukur Alhamdulillah, pada tanggal 10 Agustus 1978, Ibu
Ani melahirkan anak pertama mereka – Agus Harimurti Yudhoyono dengan mudah.
Waktu itu, Pak SBY hendak berangkat ke kantor dan sedang mengenakan sepatu.
Tiba-tiba Ibu Ani merasa perutnya mulas luar biasa. Segera Pak SBY memapah ibu
Ani menuju Klinik Bersalin Yon Zipur 3, Dayeuh Kolot, Bandung, yang terletak di sebelah kompleks tempat mereka
tinggal. Saat proses kelahiran, Pak SBY setia menemani Ibu Ani. Begitu Agus
lahir, Pak SBY segera mengadzankannya. Waktu itu Pak SBY takut kalau anaknya
sampai tertukar. Padahal, yang melahirkan hari itu hanya satu orang. Itu karena
Pak SBY sangat menginginkan memiliki seorang anak.
membesarkan anak:
Pada
tahun 1974 sampai dengan tahun 1979, Presiden SBY menempati rumah seluas 36 m2
di asrama tentara Dayeuh Kolot, Bandung. Kemudian tahun 1980 sampai 1986,
Alhamdulillah meningkat menempati rumah type 70 di asrama TNI Manggaan, Bale
Endah Cimahi, Jawa Barat.
Menurut Presiden SBY, sebelas tahun mendiami rumah tipe kecil , justru
mendatangkan kebahagiaan. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dari besarnya
rumah. Begitu dekat hubungan antara ayah, ibu dan anak, dan juga hubungan
antara tetangga. Keluarga dengan rumah sekecil apapun, apabila jalinan kasih
sayang tumbuh mekar dengan baik, bangsa Indonesia meskipun menjadi bangsa yang
maju modern, dan globalisasi, tetap menjadi masyarakat yang tetap peduli dengan
sesama.
Presiden SBY dan Ibu Ani membesarkan
anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang. Meskipun dalam kondisi keuangan
yang pas-pasan, Pak SBY dan Ibu Ani selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
gizi anak-anaknya. Pada saat Pak SBY menjabat sebagai Komandan Batalyon, saat
itu ia mendapatkan jatah makanan tambahan berupa satu cangkir kaleng bubur
kacang hijau dari kantor. Pak SBY tidak menyantapnya di kantor, melainkan
disimpan untuk dibawa pulang. Sampai di rumah, diberikan kepada Ibu Ani untuk
diolah kembali dengan menambahkan santan, gula merah dan pandan agar jumlah
bubur kacang hijau semakin banyak dan bisa disantap bersama keluarga.
timor-timor:
(Foto keluarga ini dibuat di studio foto di
Dili, Timor Timur pada tahun 1986 pada saat Pak SBY menjadi Dan Yon. Ibu Ani
Yudhoyono mengenakan kain bermotif Wahyu Tumurun yang masih dirawat dan
sesekali dipakai hingga saat ini
kecintaan mereka terhadap karir (pekerjaan):
Presiden SBY : “Ibu Ani adalah
seorang perempuan tangguh. Itu sudah terlihat dari kekuatan mentalnya sepanjang
mendampingi saya ketika kami masih hidup di asrama tentara di awal pernikahan.
Ia dengan kemampuan menyesuaikan diri yang luar biasa sanggup menjadi istri dan
ibu yang tegar dalam berbagai perubahan situasi.
Bagi saya, Ani telah lulus dengan nilai sangat baik
sebagai seorang istri dan ibu. Ia bukan saja berhasil mendukung saya untuk bisa
melaksanakan tugas-tugas dengan hati yang tenteram, tapi juga membangun
karakter yang baik pada anak-anak.”
memimpin TNI di luar negeri:
Presiden
SBY sebagai Chief Military Observer Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Bosnia
Herzegovina (1995 – 1996).
SBY memimpin pasukan perdamaian PBB yang terdiri dari
650 perwira dari 29 negara. Beliau bertugas mengawasi gencatan senjata di
daerah bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS, yaitu antara
Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Penugasan SBY di misi ini menjadi
tonggak awal hubungan baiknya dengan Kofi Annan, yang kemudian dilantik menjadi
Sekretaris Jenderal PBB.
kerja keras dan do'a keluarga menjadikan SBY sukses menjadi
org NO-1 RI:
Kekompakan keluarga dengan tetap
memegang nilai-nilai baik yang diwariskan leluhur, menjadi latar belakang yang
membuat Presiden SBY dan keluarga tidak pernah ragu dalam menghadapi tantangan.
Suasana saling pengertian, saling menyayangi dan maaf-memaafkan akan
menciptakan sebuah keluarga yang harmonis dan memberikan kesejahteraan batin.
Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono selalu percaya bahwa
pencapaian tertinggi dalam hidup adalah keberhasilan membentuk budaya yang
hangat dalam kehidupan berkeluarga.
Keterangan foto : Presiden SBY beserta keluarga berdoa
bersama sebelum pelantikan menjadi Presiden pada tahun 2004.
kesefahaman dan kekompakan menghasilkan keluarga sakinah mawadah warohmah.
dua priode memimpin RI:
Keluarga Yudhoyono memanfaatkan waktu
senggang yang ada untuk berkumpul, bertukar pikiran, saling memberikan pendapat
dan berdiskusi bersama. Biasanya Agus dan Ibas memberondongkan pertanyaan
kritis mengenai berbagai hal yang mereka tidak mengerti atau tidak bisa terima.
Presiden SBY dengan sabar mendengarkan dan menjawabnya dengan tuntas. Tujuan
Presiden SBY tidak lain untuk mempersiapkan keluarganya menghadapi hal-hal baru
yang mungkin akan lebih mengejutkan, lebih berat dan lebih menguji mental di
masa yang akan datang.
1 komentar:
banyak artikel mengatakan dia sudah ada 2 puteri sebelumnya
Posting Komentar